Rock On

Selasa, 14 November 2023

HARI BRIMOB

         Selamat Memperingati Hari Brigade Mobil (Brimob)


   Selamat Memperingati Hari Brigade Mobil (Brimob)!


   Tanggal 14 November diperingati sebagai hari jadi Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri. Cikal bakal Brimob telah berdiri sejak zaman penjajahan Jepang. Brimob ikut andil dalam merebut kemerdekaan, bahkan punya peran besar dalam melawan pemberontakan pada masa awal berdirinya Republik Indonesia.

   Sejarah Berdirinya Brimob: Sejarah Brimob berawal saat Jepang melakukan invasi dan mulai menduduki Indonesia pada tahun 1942. Sekitar 2 bulan menjajah, Jepang mulai mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya. Hal ini lantas memaksa Jepang untuk mengubah strategi perangnya. Maka dalam kurun waktu tahun 1943-1944, Jepang secara intensif membentuk sejumlah organisasi militer untuk memenuhi kebutuhan tenaga bantu pasukan mereka. Karena kondisi yang terus terdesak, pemerintah militer Jepang membutuhkan tenaga cadangan polisi yang dapat bergerak cepat atau memiliki mobilitas tinggi. Bahkan jika diperlukan, cadangan polisi ini diharapkan bisa menjadi tenaga tempur bagi Jepang.

   Dari sinilah lahir satuan polisi khusus yang disebut dengan Tokubetsu Keisatsu Tai yang beranggotakan polisi muda. Tidak seperti polisi biasa, kesatuan ini memiliki persenjataan yang lebih lengkap. Calon anggotanya pun memperoleh pendidikan dan latihan militer intensif dari tentara Jepang. Tokubetsu Keisatsu Tai bisa dibilang merupakan pasukan polisi yang memiliki disiplin tinggi, sangat terlatih, dan terorganisasi dengan rapi. Dalam buku Java in a Time of Revolution : Occupation and Resistance, 1944-1946, Benedict Anderson menyebut satuan ini dengan istilah Special Police Force atau Polisi Istimewa.

   Tokubetsu Keisatsu Tai didirikan di setiap Karesidenan di Jawa, Madura, dan Sumatera. Pada akhir 1944, di setiap karesidenan dibentuk satuan Tokubetsu Keisatsu Tai dengan kekuatan satu Kompi beranggotakan 60-200 orang, atau tergantung situasi wilayah saat itu. Kompi tersebut berada di bawah kekuasaan Polisi Karesidenan dan komandan Kompi biasanya berpangkat Itto Keibu (Letnan Satu). Selepas Jepang menyerah kepada sekutu, semua satuan militer bentukan Jepang di Indonesia kemudian dibubarkan. Akan tetapi, Tokubetsu Keisatsu Tai tetap ada dan jadi satu-satunya kesatuan yang masih diperbolehkan memegang senjata. Para anggota Tokubetsu Keisatsu Tai kemudian bekerja sama dengan seluruh rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.

   Satuan polisi ini juga berperan besar dalam perebutan senjata. Mereka melakukan pembukaan gudang senjata secara paksa dan membagi-bagikan senjata tersebut pada para penjuang, termasuk pada mantan anggota organisasi militer yang dibubarkan. Pada tanggal 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi Tk. I. Mohammad Jasin membacakan teks Proklamasi dari pasukan Polisi Istimewa. Proklamasi tersebut berisi pernyataan resmi bahwa Tokubetsu Keisatsu Tai telah menjadi Polisi Republik Indonesia dan akan bersatu dengan rakyat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Polisi Istimewa atau Tokubetsu Keisatsu Tai inilah yang menjadi cikal bakal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Setelah itu, Polisi Istimewa memperbanyak dan menyebarluaskan teks Proklamasi Kepolisian dengan menempelkannya di tempat-tempat ramai bersama dengan teks Proklamasi Kemerdekaan RI. Polisi Istimewa kemudian mengganti pimpinannya yang dari Jepang, yaitu Sidookan Takata dan Fuko Sidookan Nishimoto. Kepemimpinan pun beralih ke tangan Inspektur Polisi Tk. I Mohammad Jasin.

   Polisi Istimewa terus berkiprah di garda terdepan dalam upaya perebutan fasilitas militer dan tempat-tempat strategis di Pulau Jawa dan Sumatera. Setahun lebih setelah Proklamasi Kepolisian, tepatnya pada tanggal 14 November 1946, seluruh kesatuan Polisi Istimewa, Barisan Polisi Istimewa, dan Pasukan Polisi Istimewa dilebur menjadi satu dan berubah menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau yang sekarang dikenal dengan Brigade Mobile (Brimob). Sejak saat itulah tanggal 14 November selalu diperingati sebagai hari jadi Brimob.

       Selamat Memperingati Hari Brigade Mobil (Brimob) ke -78!

   Ini adalah perjalanan yang panjang untuk menjaga Kesatuan Republik Indonesia.



       Happy Mobile Brigade Day (Brimob)

   Happy Mobile Brigade Day (Brimob)!


   November 14 is celebrated as the anniversary of the Police Mobile Brigade Corps (Brimob). The forerunner of Brimob has been established since the Japanese colonial era. Brimob took part in winning independence, and even played a major role in fighting rebellion in the early days of the Republic of Indonesia.

   History of Brimob: The history of Brimob began when Japan invaded and began occupying Indonesia in 1942. About 2 months into the occupation, Japan began to experience defeat in the Greater East Asia war. This then forced Japan to change its war strategy. So in the period 1943-1944, Japan intensively formed a number of military organizations to meet the needs of their auxiliary forces. Because conditions continued to be pressed, the Japanese military government needed a police reserve force that could move quickly or have high mobility. Even if needed, these police reserves were expected to become combat power for Japan.

   From here, a special police unit called Tokubetsu Keisatsu Tai was born, which consisted of young policemen. Unlike ordinary police, this unit has more complete weaponry. Prospective members also received intensive military education and training from the Japanese army. Tokubetsu Keisatsu Tai was a highly disciplined, highly trained and well-organized police force.In the book Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946, Benedict Anderson calls this unit the Special Police Force.

   Tokubetsu Keisatsu Tai was established in every Karesidenan in Java, Madura and Sumatra. By the end of 1944, a Tokubetsu Keisatsu Tai unit was established in each Karesidenan with a company of 60-200 members, or depending on the situation in the region at the time. The company was under the authority of the Karesidenan Police and the company commander usually held the rank of Itto Keibu (First Lieutenant). After Japan surrendered to the Allies, all Japanese military units in Indonesia were disbanded. However, Tokubetsu Keisatsu Tai remained and was the only unit that was still allowed to hold weapons. The members of Tokubetsu Keisatsu Tai then worked together with all the people to defend independence.

   This police unit also played a major role in the seizure of weapons. They forcibly opened the arsenal and distributed the weapons to the fighters, including to former members of disbanded military organizations. On August 21, 1945, Police Inspector Tk. I. Mohammad Jasin read out the text of the Proclamation from the Special Police Force. The proclamation contained an official statement that Tokubetsu Keisatsu Tai had become the Indonesian Republican Police and would unite with the people to fight for independence. The Special Police or Tokubetsu Keisatsu Tai was the forerunner of the Indonesian National Police. After that, the Special Police reproduced and disseminated the text of the Police Proclamation by posting it in crowded places along with the text of the Proclamation of Independence. The Special Police then replaced its Japanese leaders, namely Sidookan Takata and Fuko Sidookan Nishimoto. The leadership passed into the hands of Police Inspector Tk. I Mohammad Jasin.

   The Special Police continued to be at the forefront of efforts to seize military facilities and strategic locations in Java and Sumatra. A little over a year after the Police Proclamation, on November 14, 1946, all of the Special Police were united. Were merged into one and turned into Mobile Brigade (Mobrig) or what is now known as Mobil Brigade (Brimob). Since then, November 14 has always been commemorated as Brimob’s anniversary.

   Happy 78th Mobile Brigade (Brimob) Day!

   This is a long journey to maintain the unity of the Republic of Indonesia.

Jumat, 10 November 2023

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN

             Memperingati Hari Pahlawan


   Selamat memperingati Hari Pahlawan!


   Pada 10 November merupakan Hari Pahlawan Nasional yang setiap tahunnya diperingati oleh bangsa Indonesia, hal ini berdasarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Keputusan tersebut untuk mengenang jasa para pahlawan serta tragedi pada 10 november 1945 di Surabaya, Tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris, pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda.


   Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada 30 Oktober 1945. Kematian Jendral Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert.


   Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA serta ancaman akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila orang-orang Indonesia tidak mentaati perintah Inggris.


   Mereka juga mengeluarkan instruksi yang isinya bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi pada tempat yang telah ditentukan. Namun ultimatum itu tidak ditaati oleh rakyat Surabaya, sehingga terjadilah pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat pada tanggal 10 November 1945 selama lebih kurang tiga minggu lamanya, medan perang Surabaya kemudian mendapat julukan “neraka” karena kerugian yang disebabkan tidaklah sedikit.


   Pertempuran tersebut telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya dan tercatat sekitar 1.600 orang prajurit Inggris tewas, hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur, banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara tak kenal menyerah yang ditunjukkan rakyat Surabaya, membuat Inggris serasa terpanggang di neraka dan membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai kota pahlawan.


   Selamat Memperingati Hari Pahlawan Ke-78 Tahun 2023! 

   Semangat Pahlawan Untuk Masa Depan Bangsa dalam Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan. 




             Commemorating Heroes' Day


   Happy Heroes' Day!


   November 10 is National Heroes' Day which is commemorated every year by the Indonesian people, based on Presidential Decree No. 316 of 1959 concerning National Days that are Not Holidays and signed by President Soekarno. This decision was to commemorate the services of the heroes and the tragedy on 10 November 1945 in Surabaya. On 10 November 1945 there was a battle in Surabaya which was a major battle between the Indonesian army and British troops. This battle was the first war between Indonesian troops and foreign troops after the Proclamation of Indonesian Independence. and one of the biggest and toughest battles in the history of the Indonesian National Revolution which became a national symbol of Indonesia's resistance to colonialism. After the ceasefire between the Indonesian and British troops was signed on 29 October 1945, the situation gradually eased.


   Even so, armed clashes still occurred between the people and British troops in Surabaya. These clashes culminated in the murder of Brigadier General Mallaby (Leader of the British Army for East Java) on 30 October 1945. The death of General Mallaby caused the British to become angry with the Indonesians and resulted in the decision to replace Mallaby, namely Major General Eric Carden Robert.


   Mansergh issued an Ultimatum of 10 November 1945 which asked the Indonesians to hand over their weapons and stop resistance to the AFNEI army and the NICA administration as well as threats to attack the city of Surabaya from land, sea and air if the Indonesian people did not obey British orders.


   They also issued instructions stating that all leaders of the Indonesian nation and youth in Surabaya had to come no later than 10 November 1945 at 06.00 am at the designated place. However, this ultimatum was not obeyed by the people of Surabaya, so the very terrible Surabaya battle took place on 10 November 1945, lasting approximately three weeks. The Surabaya battlefield later received the nickname "hell" because the losses caused were not small.


   The fighting resulted in around 20.000 Surabaya people becoming victims, most of whom were civilians. Apart from that, it is estimated that 150.000 people were forced to leave the city of Surabaya and it was recorded that around 1.600 British soldiers were killed, missing and injured as well as dozens of war equipment damaged and destroyed. The number of fighters who died and the people who became victims at that time and the burning spirit of never giving up shown by the people. Surabaya, made England feel like it was roasting in hell and made the city of Surabaya later remembered as a city of heroes.


   Happy Commemoration of the 78th Heroes' Day in 2023!


   The Spirit of Heroes for the Future of the Nation in Fighting Poverty and Ignorance.