Rock On

Jumat, 24 Maret 2023

BANDUNG LAUTAN API

               Hari Bandung Lautan Api

Selamat Memperingati Hari Bandung Lautan Api!

   Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

   Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara Netherlands Indies Civiele Administration (NICA) milik Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. (1) Peristiwa kekacauan diawali oleh pihak Belanda, pada malam tanggal 24 November 1945, TRI dan badan-badan perjuangan lainnya meluncurkan serangan kepada markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas besar Sekutu.

   Dilanjutkan dengan (2) Ultimatum oleh Sekutu untuk Warga Bandung Tiga hari setelah penyerangan markas Sekutu, Brigade MacDonald menyampaikan ultimatumnya kepada Gubernur Jawa Barat agar segera mengosongkan wilayah Bandung Utara oleh seluruh warga Indonesia, termasuk pasukan bersenjata. Kebijakan dalam ultimatum tersebut meliputi: 
 • Ultimatum tersebut harus dilaksanakan selambat-lambatnya pukul 12.00 pada tanggal 29 November 1945. 
 • Sekutu menjadikan kota Bandung Utara menjadi wilayah kekuasaan mereka, sedangkan Bandung Selatan di bawah kekuasaan pemerintah RI. 

   Ultimatum tersebut dijawab pasukan Indonesia dengan mendirikan pos – pos gerilya di berbagai tempat. Memasuki awal tahun 1946, pertempuran antara Sekutu dengan para TRI semakin memanas. Kemudian dilanjutkan (4) Peringatan Ultimatum Kedua oleh Sekutu Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu menyampaikan ultimatum kedua kepada Perdana Menteri Syahrir agar Bandung dikosongkan selambat-lambatnya sebelum pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946.

   Pasukan Indonesia diharapkan meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10 sampai 11 kilometer dari pusat kota. Jenderal Mayor Nasution menolak ultimatum tersebut sebab sangat mustahil memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat. Dalam pertemuan Nasution dengan para Komandan TRI serta aparat pemerintahan, dicapai kesepakatan untuk membumihanguskan Bandung sebelum kota itu ditinggalkan. (5) Lokasi-lokasi di Bandung yang dibakar menurut rencana, Bandung akan dikosongkan pada tanggal 24 Maret pukul 00.00. Ternyata, pembakaran dilaksanakan lebih awal yakni pukul 21.00.

   Setelah peristiwa pembakaran, masyarakat secara resmi meninggalkan kota Bandung. Di samping itu, bangunan-bangunan yang diledakkan adalah: Bank Rakyat di Bandung, Kawasan Banceuy, Kawasan Cicadas, Kawasan Braga, Kawasan Tegalega, Asrama Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumi-hangusan tersebut.

   Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.

Selamat Memperingati Hari Peristiwa Bandung Lautan Api!

“KOBARKAN SEMANGAT PERSATUAN & PATRIOTISME”.




              Bandung Sea of Day!

Happy Commemorating Bandung Sea of Fire Day!

   The Bandung Lautan Api (BLA) incident was a major fire incident that occurred in the city of Bandung, West Java province, Indonesia, on March 24, 1946. Within seven hours, around 200,000 Bandung residents burned their homes, leaving the city for the mountains south of Bandung.

   This was done to prevent the Allied troops and Dutch Indies Civil Administration (NICA) troops from being able to use the city of Bandung as a strategic military base in the Indonesian War of Independence. (1) The chaos was initiated by the Dutch. On the night of November 24, 1945, TRI and other struggle agencies launched an attack on the Allied headquarters in northern Bandung, including the Homan Hotel and the Preanger Hotel, which became the Allied headquarters. 

   Followed by (2) an ultimatum by the allies for the residents of Bandung. Three days after the attack on the Allied headquarters, the MacDonald Brigade delivered its ultimatum to the Governor of West Java, ordering all Indonesian citizens, including the armed forces, to immediately vacate the North Bandung area. The policies in the ultimatum included: 
• The ultimatum had to be implemented no later than noon on November 29, 1945
• The Allies made the city of North Bandung their territory, while South Bandung was under the control of the Indonesian government. 

   The Indonesian troops responded to the ultimatum by setting up guerilla posts in various places. As we entered the beginning of 1946, the battle between the Allies and the TRIs was heating up. Then it continued: "Commemoration of the Second Ultimatum by the Allies." On March 23, 1946, the Allies delivered a second ultimatum to Prime Minister Syahrir, requesting that Bandung be evacuated no later than 24 o'clock on March 24, 1946.

   Indonesian troops were expected to leave South Bandung as far as 10 to 11 kilometers from the city center. General Major Nasution rejected the ultimatum because it was impossible to move thousands of troops in such a short time. In Nasution's meeting with TRI commanders and government officials, an agreement was reached to burn Bandung down before the city was abandoned. Five (5) locations in Bandung that are burned according to the plan will be vacated on March 24 at 00.00. The burning was carried out earlier, namely at 21.00.

   After the burning incident, the community officially left the city of Bandung. In addition, the buildings that were blown up were: the People's Bank in Bandung, the Banceuy Area, the Cicadas Area, the Braga Area, the Tegalega Area, and the Indonesian People's Army (TRI) Dormitory. The term "Bandung Lautan Api" became a well-known term after the scorched-earth incident. 

   General A.H. Nasution was the TRI General who, during a meeting at Regentsweg (now Jalan Dewi Sartika), after returning from his meeting with Sutan Sjahrir in Jakarta, decided on the strategy to be carried out against the City of Bandung after receiving the British ultimatum.

Happy Commemorating the Day of the Bandung Sea of Fire Event! 

"Fire the Spirit of Unity and Patriotism!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar